Selasa, 16 November 2010

AYAH

Disebuah sudut didalam ruangan, seorang gadis kecil menjerit dengan air mata yang berlinang deras. Terkejut sekali hatinya melihat orang yang dia sayangi begitu cepat pergi meninggalkannya dan pergi jauh menuju alam sana. Tubuhnya lemas melihat sesosok tubuh lelaki separuhbaya tergeletak kaku tak bernyawa berbajukan kain kafan didalam sebuah peti kayu. Suara jerit-jerit tangisan dan lantunan ayat suci terdengar keras di telinganya. siapa lelaki itu? Lelaki itu adalah ayahnya. Ayah yang sangat amat ia sayangi, ayah yang selalu membuatnya bahagia, ayah yang selalu menemaninya saat dia takut saat dia sedih, ayah yang selalu mengulurkan tangannya saat dia membutuhkannya, ayah yang selalu membangunkannya saat matahari memancarkan senyuman indah, ayah yang selalu mengecup keningnya setiap ia mau merangkai mimpi indah. Tetapi bagi gadis kecil itu tak ada lagi sesosok lelaki yang disebut ayah itu dihadapannya, tak ada lagi senyum canda tawa yang terpancar dari senyum sesosok ayah, tak ada lagi tangan penuh kasih sayang, tak ada lagi kehangatan yang diberikannya pada gadis itu, yang tersisa hanya sebuah gambar kecil yang terakhir ia berikan untuk penyemangat ayahnya saat ayahnya terserang penyakit yang sangat berat.
Satu bulan ayahnya berbaring ditempat tidur dengan banyak tusukan jarum suntik yang mengalirkan alat infus ditangannya dengan selang yang dimasukan kedalam hidungnya. Saat itu tak ada senyuman manis yang terpancar dari wajahnya, tak ada lagi sepatah kata yang keluar dari bibirnya. gadis itu menemaninya setiap saat tanpa peduli akan dirinya sendiri. Tangan ayahnya yang dingin ia selimuti dengan tangannya yang mungil. Semua itu ia lakukan dengan hati yang penuh harapan kalau ayahnya bisa kembali tersenyum indah menemani hari-harinya lagi. malam harinya gadis kecil itu bermimpi akan ayahnya, yang saat itu ayahnya berjalan dengan sebuah tongkat dan memangil gadis kecil itu, diajaknya gadis kecil itu ke sebuah trowongan yang amat sangat gelap, saat mereka memasuki trowongan yang gelap gadis itu terbangun dari tidurnya. Dengan hati yang riang dia menceritakan mimpinya pada sang ibu. Dia sangat berharap sekali ayahnya bisa sembuh seperti di mimpinya. Tapi harapan itu hancur ketika siang harinya seorang lelaki mengatakan “Bapak sudah tiada”. Gadis itu lalu memeluk ayahnya sambil berteriak “Bangun pah, bangun! Ayo kita main lagi kaya waktu itu. Pah bangun,paaaah! Jangan tinggalin aku!”. Gadis itu pun meneteskan ribuan air mata dan tak mau melepas pelukannya. Seseorang wanita berkata kepada gadis kecil itu “sini peluk mamah! Kamu jangan nangis dong. Kalo kamu nangis nanti papah juga ikut nangis. Kamu mau papah ikut nangis disana?”gadis itu menggelengkan kepalanya sambil memeluk wanita itu dengan erat. Dengan sebuah kendaraan berlampu biru merah yang berputar-putar dan sirine yang berbunyi keras, lelaki yang dicintai gadis itu diantarkan kesebuah rumah, dengan banyak kendaraan yang mengibarkan bendera berbentuk kotak berwarna kuning yang mengikuti dari belakang. Dengan wajah yang sedih dipeluknya foto sang ayah yang tersenyum dan gadis kecil itu berkata dalam hatinya “kenapa papah harus ninggalin aku? Kenapa pah? Papah jahat!”.gadis itu meneteskan lagi air matanya yang hampir mengering. Wanita yang disebutnya ibu itu memeluknya dan berkata “tidurlah sayang jangan menangis terus!”. Gadis kecil itu pun tertidur di pelukan sang ibu dengan air mata yang masih menetes dari kedua bola matanya. Kendaraan yang ditumpanginya itu pun berhenti tepat dirumah sang gadis kecil. Dengan mata yang baru terbuka gadis kecil itu membuka pintu mobil dangan gegas tanpa menutupnya dan meninggalkan sang ibu yang masih berada dalam mobil dipercepat langkah kakinya menuju kendaraan yang membawa sang ayah tersayang. Tak pernah terbanyangkan olehnya melihat bendera kuning di depan rumahnya berdiri tegak dengan bambu yang bertuliskan nama ayahnya dan terkejutnya dia melihat rumahnya seperti taman bunga dengan banyak rangkaian bunga yang bertuliskan “TURUT BERDUKA CITA”. dan tak pernah ia bayangkan banyak orang berpakaian hitam-hitam membacakan ayat suci memenuhi rumahnya.
Tangis yang tak habis habisnya menemani pemakaman sang ayah. kakinya yang mungil rasanya tak dapat menopang rasa sedih yang teramat dalam. Sesekali kakinya bergemetar dan jatuh ketanah, tapi iya mencoba terus berdiri tegar dengan senyuman yang indah. Dipandangnya makam sang ayah yang sudah bertabur banyak bunga. Dengan hati yang sangat terpukul, kaki gadis kecil itu melangkah lambat dan pergi meninggalkan tempat yang sunyi penuh dengan kesedihan. Sepasang matanya terus menerus meneteskan air mata kepedihan tangannya yang mungil menghapuskan air mata yang terus berlinang. Dengan melepaskan nafas kesedihan, gadis kecil itu berkata dalam hatinya,”aku akan selalu sayang papah. Meskipun papah udah engga ada dihadapan mataku,tapi papah akan selalu ada di hatiku. Terimakasih papah karena papah sudah memberikan ku senyuman yang amat indah untuk yang terakhir kalinya ”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar